Senin, 31 Oktober 2011

materi keperawatan coring

KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI CARING

PENGANTAR
Keperawatan merupakan suatu profesi yang memberikan pelayanan kesehatan bagi
individu, keluarga, kelompok tertentu atau masyarakat. Pelayanan keperawatan berupa
asuhan yang diberikan secara profesional dan ditujukan bagi kesejahteraan klien (George, 1998).
LATAR BELAKANG
Sebagai perawat atau ners hal yang sangat penting dan menentukan dalam menjalankan
proses keperawatan adalah memahami konsep caring dan mampu menanamkan dalam
hati, disirami dan dipupuk untuk mampu memperlihatkan kemampuan soft skill sebagai
perawat, yaitu empati, bertanggung jawab, tanggung gugat dan mampu belajar seumur hidup.
Dan itu semua akan berhasil dicapai oleh perawat kalau mereka mampu memahami apa itu caring.
Caring adalah isu besar dalam profesionalisme keperawatan. Saat ini, masih banyak komentar negatif terhadap asuhan keperawatan yang ada.
Dengan adanya komentar negatif terhadap asuhan keperawatan menunjukkan bahwa perilaku caring belum terinternalisasi dengan baik oleh perawat. Oleh karena itu, diharapkan perawat mampu memahami tentang pentingnya perilaku caring sebagai dasar yang harus dikuasai oleh perawat atau ners.
PENGERTIAN CARING
1. Leininger, 1979
Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi manusia atau kehidupan.
Watson, 1988
Caring adalah esensi dari keperawatan yang berarti juga pertanggungjawaban hubungan antara perawat-klien, dimana perawat membantu partisipasi klien, membantu klien memperoleh pengetahuan, dan meningkatkan kesehatan.
Benner & Wrubel, 1989
Caring adalah tujuan sentral dari keperawatan atau sebagai dasar dari etik keperawatan. Teori caring menekankan kepada keteguhan hati, kemurahan hati, komitmen dan tanggungjawab. Caring menekankan kepada upaya perlindungan dan meningkatkan martabat klien.
Potter & Perry, 1997
Caring adalah memberikan perhatian penuh pada klien saat memberikan asuhan keperawatan.
Carruth, 1999
Caring juga didefenisikan sebagi tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan perhatian emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien.
Shoffner, 2003
Caring didefenisikan sebagai sikap peduli yang memudahkan diperolehnya kesehatan dan pemulihan.
KESIMPULAN
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku caring perawat adalah sifat dasar dari perawat sebagai manusia untuk membantu, memperhatikan, mengurus, dan menyediakan bantuan, serta memberi dukungan untuk kemandirian klien melalui hubungan perawat klien yang terapeutik, dan merupakan intervensi keperawatan dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi dengan penuh perasaan berdasarkan kemanusian dan aspek moral.



ASPEK DALAM CARING ;
1. Caring merupakan sifat manusia yang dipertimbangkan dari personal, psikologikal dan perspektif kultural.
2. Caring berdasarkan moral sebagai esensi mendasar dari keperawatan dalam rangka memelihara martabat manusia.
3. Caring ditunjukkan dengan penuh perasaan yang dimanifestasikan sebagai empati dan perasaan untuk mengabdi pada kemanusiaan.
4. Caring dimanifestasikan dalam hubungan interpersonal perawat dengan klien.
5. Caring merupakan intervensi terapeutik dalam asuhan keperawatan.

KARAKTERISTIK CARING
Rogers, 1961
1. Menjadi diri sendiri
2. Kejelasan
3. Respek
4. Pemisahan; Mampu menempatkan diri.
5. Kebebasan
6. Empati
7. Komunikasi, dan
8. Evaluasi

Leininger, 1984
1. Profesional caring sebagai perwujudan kemampuan kognitif dimana perawat bertindak terhadap respons yang ditunjukkan klien berdasarkan ilmu sikap dan keterampilan profesional sehingga dalam memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan, masalah dan tujuan yang ditetapkan perawat dan klien
2. Scientific caring merupakan segala keputusan dan tindakan dalam memberikan asuhan keperawatan berdasarkan pengetahuan yang dimiliki perawat.
3. Humanistic merupakan proses bantuan kepada orang lain yang bersifat kreatif, intuitif atau kognitif yang didasarkan pada filosofis fenomenologik, perasaan subjektif atau obyektif.

ASPEK SPIRITUAL
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa.
Menurut Burkhardt (1993), Spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:
1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan.
2. Menemukan arti dan tujuan hidup.
3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.
4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.

ASPEK SPIRITUAL DALAM CARING
Dalam pelaksanaan caring, aspek spiritual menjadi hal yang penting ditunjukan dalam konteks sebagai berikut :
1. Perawat membantu orang yang dirawat dengan sepenuh hati dan memperlakukannya sebagai manusia yang wajar.
2. Menghadirkan keyakinan yang mendalam.
3. Pemeliharaan praktik spiritual dari diri sendiri serta diri transpersonal.
4. Perawat berespon dengan tulus.
5. Menghadirkan dan mendukung ekspresi perasaan positif dan negatif.
6. Mengoptimalkan kemampuan diri dengan kreatif.
7. Perawat berusaha untuk memahami.
8. Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
9. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar.
10. Terbuka pada misteri spiritual dan dimensi keberadaan hidup mati manusia.

NILAI HUMANIS
Nilai humanis meyakini kebaikan dan nilai-nilai manusia sebagai suatu komitmen dalam bekerja. Perilaku yang manusiawi adalah empati, simpati, terharu dan menghargai kehidupan (Dwidiyanti, 2007).
Dalam keperawatan, humanisme merupakan suatu sikap dan pendekatan yang memperlakukan pasien sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan lebih dari sekedar nomor tempat tidur atau sebagai berpenyakit tertentu.
NILAI HUMANIS DALAM CARING
Pendekatan humanistik ini merupakan aspek keperawatan tradisional dari caring yang diwujudnyatakan dalam unsur Pengertian dan Tindakan.
 Pengertian : Kemampuan mendengarkan orang lain secara aktif dan arif serta menerima perasaan-perasaan orang lain.
 Tindakan : Mampu bereaksi terhadap kebutuhan orang lain dengan keikhlasan, kehangatan untuk meningkatkan kesejahteraan yang optimal.
NILAI HUMANIS KESADARAN DIRI DALAM CARING
Kesadaran diri dalam konsep humanis dalam caring dapat ditingkatkan melalui tiga cara yaitu :
1. Mempelajari Diri Sendiri
Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, perilaku, pengalaman, hubungan interpersonal dan kebutuhan pribadi.
2. Belajar Dari Orang Lain
Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri sendiri.
3. Membuka Diri
Keterbukaan merupakan salah satu kepribadian yang sehat. Untuk itu harus ada teman intim atau sahabat yang dapat dipercaya, tempat menceritakan hal yang rahasia.
HUBUNGAN PERAWAT DENGAN KLIEN
Hubungan perawat dan klien adalah suatu wahana untuk mengaplikasikan proses keperawatan, dalam hubungan itu perawat menggunakan pengetahuan komunikasi guna memfasilitasi hubungan yang efektif.
Hubungan perawat dan klien merupakan hubungan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya hubungan perawat dan klien bersifat profesional yang diarahkan pada pencapaian tujuan.
Merupakan hubungan interpersonal yang bermula dari titik tolak saling memberi pengertian. Persoalan mendasar adanya saling membutuhkan dimana terjadi komunikasi antara perawat dan klien, dimana perawat membantu dan klien menerima bantuan.
BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
DALAM INTERAKSI
PERAWAT DENGAN KLIEN
1. Perkembangan
Dalam berinteraksi perawat harus mengidentifikasi tingkatan dari tahap perkembangan klien. Beda cara berinteraksi pada klien yang dewasa tua, dewasa muda, remaja, dan anak-anak.
Perawat menggunakan teknik khusus ketika berkomunikasi atau berinteraksi pada anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.
2. Persepsi
Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk oleh harapan, pengalaman dan kejadian sebuah peristiwa (Northouse, 1992).
Perbedaan persepsi akan menghambat suatu interaksi. Oleh karena itu pentingnya penyamaan persepsi sebelum memulai sebuah interaksi.
3. Nilai
Nilai merupakan standar yang mempengaruhi perilaku seseorang sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai seseorang.
4. Latar Belakang Sosial Budaya
Sosial budaya mempengaruhi cara bertindak dan interaksi atau komunikasi dalam pemberian pelayanan keperawatan.
5. Emosi
Emosi adalah perasaan subyektif maupun obyektif seseorang tentang suatu peristiwa. Cara seseorang berinteraksi dan berkomunikasi dengan klien sangat dipengaruhi oleh keadaan emosinya.
6. Pengetahuan
Hubungan interaksi sulit terjalin jika orang atau klien yang bersangkutan memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.
Dengan pengkajian, perawat dapat menjalin hubungan terapeutik dengan orang atau klien sesuai dengan tingkat pengetahuannya.
7. Peran
Perawat perlu menyadari perannya saat berhubungan atau berinteraksi dengan klien ketika memberikan asuhan keperawatan.
8. Tatanan Interaksi
Interaksi antara perawat dengan klien akan lebih efektif jika dilakukan dilingkungan yang menunjang. Perawat perlu memilih tatanan situasi ketika berinteraksi dengan klien.
KODE ETIK KEPERAWATAN DALAM CARING
Kode etik keperawatan Indonesia (Priharjo, 1995); tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat, perawatan dalam melaksanakan pengabdian senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang pangkal tolaknya bersumber pada adanya kebutuhan perawatan untuk individu, keluarga dan masyarakat.
Kode etik keperawatan yang harus diaplikasikan oleh perawat yaitu ;
1. Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan diberbagai tempat adalah sama.
2. Pelaksanaan praktik keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap kehidupan yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
3. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan atau keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Perawat mengikutsertakan kelompok dan instansi terkait.

KOMUNIKASI DALAM CARING
Kemampuan komunikasi adalah yang penting dalam berhubungan dengan klien, dan merupakan salah satu kunci sukses serta mengambarkan profil seorang perawat yang wajib digunakan dalam pelayanan keperawatan.
Dengan komunikasi, perawat tentu akan memahami masalah klien sehingga perawat akan mampu berprilaku caring.
UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
DALAM CARING
1. Jelas dan Ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, padat, langsung. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkan dengan jelas.
2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Perawat harus menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh pasien
3. Arti Denotatif dan Konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat pada suatu kata.

4. Selaan dan Kecepatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi.
5. Waktu dan Relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap perasaan. Bila pasien sedang menangis kesakitan, tidak atau belum waktunya untuk menjelaskan resiko operasi.
6. Humor
Tertawa dapat mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien.
TIPE KEKUATAN CARING
Menurut Benner (1994), mendeskripsikan enam kekuatan yang dapat digunakan oleh perawat saat berinteraksi dengan klien dan lingkungannya.
1. Kekuatan Transformatif
Ditampilkan dalam kemampuan perawat membantu klien untuk merubah pandangan klien tentang realitas atau image diri mereka sendiri dari yang tidak berharga menjadi berharga.
2. Kekuatan Intergratife
Kemampuan perawat untuk membantu klien kembali kepada kehidupan normal.
3. Kekuatan Advokasi
Kemampuan perawat membantu klien dan orang lain berhubungan dengan tim kesehatan lain.
4. Kekuatan Healing
Perawat dapat membangun suatu hubungan penyembuhan dan iklim penyembuhan dengan klien.
5. Kekuatan Partisipatif
Perawat mengkaji atau mengenal kekuatan dirinya sendiri dengan mengkaji kekuatan orang lain.
6. Problem Solving
Orang yang mempunyai komitmen lebih sensitif terhadap sesuatu hal daripada orang yang tidak mempunyai komitmen.

MENGEMBANGKAN
&
MENGIMPLEMENTASIKAN KETERAMPILAN PELAYANAN
CARING
10 FAKTOR KARAKTIF
Dalam memberikan pelayanan (Watson, 1995). Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien melalui ”10 Faktor Karaktif” yang berhubungan dengan sifat dan karakter seorang perawat yang menjelaskan bagaimana perilaku caring dimanifestasikan atau diimplementasikan. Meliputi;
1. Membentuk dan menghargai sistem nilai humanistik dan alturistik.
2. Menanamkan sikap penuh pengharapan.
3. Menanamkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
4. Mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu.
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif.
6. Menggunakan metode sistematis dalam penyelesaian masalah caring untuk pengambilan keputusan secara kreatif dan individualistik.
7. Meningkatkan proses belajar mengajar interpersonal.
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang suportif, protektif dan korektif.
9. Memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh pengharapan dalam rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia.
10. Mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial-fenomenologikal dan dimensi spiritual caring serta penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara utuh dan ilmiah melalui pemikiran masyarakat modern.
MEMBENTUK & MENGHARGAI SISTEM NILAI HUMANISTIK DAN ALTURISTIK
Humanistik dan alturistik adalah sikap yang didasari pada nilai-nilai kemanusiaann, yaitu menghargai otonomi dan kebebasan klien terhadap pilihan yang terbaik menurutnya, serta mementingkan orang lain dari pada diri sendiri.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Memanggil nama klien sesuai permintaan klien
2. Mendahulukan kepentingan klien daripada pribadi jika klien memanggil atau membutuhkan sesuatu
3. Menghormati pendapat klien (menghindari respon negatif terhadap pendapat klien)
4. Menghargai keputusan klien bila menolak suatu tindakan misalnya kemoterapi dengan menjelaskan terlebih dahulu keuntungan dan kerugiannya
5. Mengenali klien dengan identitas yang lengkap bukan kamar, penyakit atau bagian tubuh yang cacat
MENANAMKAN SIKAP PENUH PENGHARAPAN
Faktor ini menggabungkan nilai humanistik-alturistik dalam memfasilitasi peningkatan asuhan keperawatan yang holistic dan kesehatan yang positif terhadap kelompok klien.
Faktor ini juga menjelaskan tentang peran perawat dalam mengembangkan hubungan timbal balik perawat-klien yang efektif dan meningkatkan kesejahteraan dengan membantu klien mengadopsi perilaku hidup sehat.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Merawat klien terminal dengan wajar (bersikap empati)
2. Memberikan pengharapan yang realistik baik atau buruk
3. Mendorong klien mencari alternatif terapi secara rasional
4. Memfasilitasi kunjungan pemuka agama sesuai kepercayaan yang dianut klien
5. Memotivasi klien untuk menerima pengobatan yang dianjurkan
MENANAMKAN SENSITIFITAS ATAU KEPEKAAN TERHADAP DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN
Penerimaan terhadap perasaan diri sendiri merupakan kualitas personal yang harus dimiliki perawat sebagai orang yang akan memberi bantuan kepada klien. Sehubungan dengan hal ini maka perawat harus mampu menilai perasaannya sendiri, melakukan aksi dan reaksi sesuai yang dirasakan. Hal ini mengarah pada aktualisasi diri melalui penerimaan diri perawat klien.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Bersikap empati
2. Melayani klien tanpa pamrih
3. Mampu menerima respons klien yang positif atau negatif
4. Tanggap terhadap kebutuhan klien
5. Menyiapkan atau memfasilitasi kebutuhan klien

MENGEMBANGKAN HUBUNGAN SALING PERCAYA DAN SALING MEMBANTU
Hubungan saling percaya dan saling membantu ini penting bagi terbentuknya transcultural caring atau saling bersikap caring antara perawat-klien yang dapat meningkatkan penerimaan perwujudan perasaan positif maupun negatif.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Memperkenalkan diri kepada klien
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Bersikap hangat dan bersahabat
4. Selalu menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
5. Mengenali keluarga klien
MENINGKATKAN DAN MENERIMA EKSPRESI PERASAAN POSITIF DAN NEGATIF
Merupakan sikap untuk menciptakan hubungan perawat-klien yang terbuka, saling membagi perasaan dan pengalaman antar perawat, klien dan keluarga.
Perawat harus memahami dan menerima pikiran dan perasaan baik postif maupun negatif yang berbeda pada situasi yang berbeda.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Menjadi pendengar aktif
2. Memotivasi klien untuk mengungkapkan perasaan
3. Menerima kelebihan dan kekurangan klien
4. Tidak memotong pembicaraan klien
5. Mendengarkan keluhan dan harapan klien

MENGGUNAKAN METODE SISTEMATIS DALAM PENYELESAIAN MASALAH CARING
UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN
SECARA KREATIF DAN INDIVIDUALISTIK
Metode sistematis dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan dalam keperawatan merupakan bentuk proses keperawatan.
Proses keperawatan ini merupakan pendekatan dalam melakukan praktek keperawatan profesional.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Menyiapkan diri sebelum berhadapan dengan klien
2. Mengkaji keluhan utama klien segera saat masuk ke rumah sakit
3. Menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang akurat
4. Membuat perencanaan keperawatan bersama dengan klien
5. Selalu mengevaluasi dan memonitoring keadaan klien
MENINGKATKAN PROSES BELAJAR MENGAJAR INTERPERSONAL
Perawat memfasilitasi proses dengan teknik pembelajaran yang telah dibuat untuk memberi kesempatan klien melakukan perawatan mandiri, menentukan kebutuhan diri dan memberikan peluang untuk pertumbuhan diri mereka.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Memberikan leaflet sebagai panduan perawatan diri di rumah
2. Menjelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan
3. Memberdayakan kemampuan klien atau keluarga
4. Mengkaji kebutuhan pengetahuan yang dibutuhkan klien dan menyiapkan waktu untuk mengkaji pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan klien
5. Meyakinkan klien bahwa perawat bersedia untuk menjelaskan apa yang diinginkan dan dibutuhkan klien

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN FISIK, MENTAL, SOSIAL DAN SPIRITUAL YANG SUPORTIF, PROTEKTIF
DAN KOREKTIF
Perawat harus mengenal pengaruh lingkungan internal dan eksternal terhadap sehat-sakit individu.
Konsep yang relevan dengan lingkungan internal adalah kesehatan mental dan spiritual serta kepercayaan yang terkait dengan sosiokultural.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Memperhatikan privasi klien ketika tindakan
2. Memfasilitasi lingkungan untuk berdoa atau tidur
3. Menganjurkan keluarga untuk mengunjungi klien
4. Mencegah terjadinya injury
5. Memfasilitasi kunjungan pemuka agama

MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN PENUH PENGHARAPAN DALAM RANGKA MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN
DAN MARTABAT MANUSIA
Perawat harus mengenal kebutuhan biofisikal, psikofisikal, psikososial dan interpersonal dirinya dan klien. Kebutuhan klien pada tingkat rendah adalah biofisikal misalnya makan, minum, eliminasi, ventilasi.
Kebutuhan yang lebih tinggi adalah kemampuan aktifitas dan seksual serta kebutuhan psikososial yaitu keberhasilan dan afiliasi sedangkan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang lebih tinggi.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Mengenal kebiasaan makan klien dalam upaya memenuhi kebutuhan nutrisi klien
2. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan tidur dengan menjaga lingkungan untuk tetap tenang
3. Memberikan penyuluhan kesehatan untuk pemenuhan kebutuhan
4. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menstimulasi pengeluaran urine
5. Membantu klien untuk bertemu dengan keluarganya

10. MENGIJINKAN UNTUK TERBUKA PADA EKSISTENSIAL-FENOMENOLOGIKAL DAN DIMENSI SPIRITUAL CARING SERTA PENYEMBUHAN
YANG TIDAK DAPAT DIJELASKAN SECARA UTUH DAN ILMIAH MELALUI PEMIKIRAN MASYARAKAT MODERN
Fenomenologi menguraikan tentang data suatu situasi yang membantu pemahaman klien terhadap fenomena. Psikologi eksistensial adalah keberadaan ilmu tentang manusia yang digunakan untuk menganalisis fenomenologikal.
Aplikasi dari faktor karaktif ini adalah :
1. Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk melakukan adat spiritual yang dianut
2. Memfasilitasi klien dan keluarga untuk mencari pengobatan alternatif
3. Memotivasi klien untuk bersikap pasrah dan berserah diri
4. Mempersiapkan klien dalam menghadapi hari-hari terakhirnya
5. Memfasilitasi klien untuk tetap melakukan aktifitas self carenya









div>